Rabu, 21 Agustus 2013

Filosofisnya lagu "Gundul Gundul Pacul"

10 desember 2012

Di kantor ada program istilahnya "Exchange of Knowledge" jadi ada pegawai yang secara bergilir ditunjuk untuk men-share ilmu yang dipunyainya. Tidak harus yang berhubungan dengan pekerjaan kantor. Ada yang menceritakan buku yang dibacanya, ada yang memperagan senam ibu hamil, ada yang bikin kuis berhadiah piring cantik, nah kebetulan waktu kebagian seksi kami yang maju sebut saja Pak A membahas tentang lagu "Gundul-Gundul Pacul" ternyata ada makna tersirat yang dalam dibalik lagu itu. Berikut kurang lebih yang saya tangkep dari yang beliau share


Gundul gundul pacul cul,,gembelngan..
nyungi nyunggi wakul kul,,gembelengan..
wakul ngglimpang segane dadi sak latar,,
wakul ngglimpang segane dadi sak latar..

Lagu Gundul gundul pacul tentu sudah akrap di telinga sebagian besar penduduk Indonesia sejak kanak-kanak. ternyata dibalik lagu yang sederhana ini tersipan makna filosofis yang dalam.

Lagu Gundul Gundul Pacul konon diciptakan Sunan Kalijaga sekitar tahun 1400an. Sunan Kalijaga terkenal dalam upaya penyebaran islam banyak melalui media kesenian dan kebudayaan. Gundul Gundul Pacul sepertinya memang cuma senandung dolanan para bocah, yang ternyata disisipi makna filosofis yang dalam bagi orang yang memahaminya.

Gundul gundul pacul cul,,gembelengan..

"Gundul" dapat diartikan sebagai "kepala". Selain dimaknai "kepala" dimaknai juga "tidak memiliki rambut" karena kepala memiliki kelengkapan berupa rambut. Rambut dikiaskan sebagai mahkota, dapat diartikan sebagai kehormatan. Secara tersirat kepala dimaknai sebagai "pimpinan". Jadi penggunaan "gundul" dapat menjadi pimpinan tampa mahkota atau pimpinan itu sebenarnya memiliki derajat yang sama, sama2 berasal dari rakyat.

"pacul" itu alat bertani tradisional, yang diidentikkan dengan petani(profesi rakyat kebanyakan waktu itu). selain sebagai benda dalam kebudayaan jawa ada namanya Kérata basa yaitu singkatan unik yang mempunyai makna tersembunyi, pacul diartikan sebagai "papat kan ucul" literally diartikan sebagai "empat yang lepas". papat(empat) di sini maksudnya indra manusia. pemimpin itu harus bisa bicara, mendengar, melihat, dan merasakan secara benar. ketika kemampuan indra itu "ucul(lepas, hilang)" maka hilanglah kepemimpinan yang baik, makanya gembelengan.

"Gembelengan" dimaknai sebagai sombong, congkak, tidak serius. In this case konteksnya adalah banyak pemimpin yang berlaku seakan-akan lupa bahwa mereka sedang mengemban amanah rakyat.

nyunggi nyunggi wakul kul,,gembelengan..

"Nyunggi wakul" kalau diartikan literally nyunggi=membawa benda di atas kepala
wakul, bakul= tempat nasi jadi  membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya, kurang lebih memiliki kiasan "menjunjung amanah", "memikul tanggung jawab". lebih dalam lagi karena ini menggunakan kata "nyunggi" bukan "nggowo", "nenteng" atau "nyeret" haha nyunggi itu berarti bawaannya di atas kepala, lebih tinggi dari kepala posisiya, berarti amanah itu berada di atas kehormatannya.

wakul ngglimpang segane dadi sak latar,,
"wakul" = "Bakul" (tempat nasi)
"ngglimpang" = jatuh, terguling, tumpah
"segane dadi sak latar" = nasinya tumpah ke halaman(ke tanah)
makna kiasannya adalah "amanah yang jatuh (tidak diemban dengan baik), akhirnya berantakan sia-sia, tidak berguna untuk rakyat..

Mari kita satukan kembali kalimat-kalimat ini menjadi lagu..

Gundul-gundul pacul cul
Gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul kul
Gembelengan
Wakul ngglimpang
Segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang
Segane dadi sak latar

Jadi, seluruh lagu kurang lebih bermakna:
Menjadi pemimpin itu harus mau bekerja keras dan berkorban untuk rakyat, segala panca indera digunakan untuk membangun negeri, karena kalau kita sudah mendapatkan posisi kekuasaan dan kita permainkan kekuasaan kita seenak kita, kita menjadi tak ada gunanya untuk rakyat kita.

----------------edited-----------------------

setelah gugling ternyata ada beberapa tulisan yang sudah bahas ini XD

posting 1
posting 2
posting 3
posting 4

0 komentar:

Posting Komentar